Mengejar sunrise ke puncak Gunung Batur

21 Oct

Setiap kali berwisata ke Bali biasanya saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan di pantai, namun kali ini saya ingin mencoba sensasi yang lain yaitu naik ke puncak gunung demi mengejar sunrise.

Bertepatan dengan acara outing kantor ke Bali saat weekend lalu (14-16 Oktober), saya menjajal trekking ke Gunung Batur bersama komunitas Danareksa Outdoor Activity.

Bertolak dari desa Toya Bungkah

Perjalanan dimulai hari Minggu jam 1 dini hari, peserta berjumlah 41 orang siap dijemput dengan 3 mobil Elf di lobby hotel Holiday Inn di Benoa. Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam sejauh 80 km lebih, jam 3.30 pun kami tiba di desa Toya Bungkah yang menjadi titik awal perjalanan kami.

Bulan purnama tertutup awan mendung namun tidak sampai hujan. Kami diberikan briefing sejenak oleh pemandu kami tentang jalan yang akan dilalui. Peserta dibagi 8 orang per kelompok yang dilengkapi dengan seorang pemandu di setiap kelompoknya untuk lebih memudahkan koordinasi.

Ketinggian desa Toya Bungkah sekitar 1050 mdpl (meter di atas permukaan laut), jadi kita hanya butuh naik setinggi 660an meter untuk mencapai puncak Gunung Batur yang setinggi 1717 mdpl.

tiba di puncak tepat saat sunrise

Perjalanan dimulai

Jam 4 pagi dengan penuh semangat kami beranjak dari starting point melintasi hutan yang gelap gulita, senter kepala atau senter tangan wajib digunakan, tenang saja kalau tidak bawa akan disediakan pinjaman senter oleh pemandunya. Saya sendiri hanya punya senter tangan namun saya selipkan ke headband supaya bisa jadi senter kepala.

Jaket sudah membungkus rapat badan saya sejak turun dari mobil, awalnya saya kira akan kedinginan namun kenyataannya jauh beda, baru jalan sekitar 300 meter badan saya sudah berkeringat, saran dari pemandu mendingan dilepas saja jaketnya supaya bajunya tidak kebasahan, jadi saya hanya memakai kaos lengan panjang.

Tanpa mengenakan sepatu khusus trekking dan hanya berbekal sepatu olah raga biasa, saya masih bisa berjalan dengan nyaman.

foto bareng di puncak Gunung Batur

Kondisi jalan pendakian

Dari history aplikasi GPS tracker di hape saya, jarak yang kami tempuh sekitar 3,6 km dengan catatan waktu saya adalah 2 jam 10 menit hingga tiba di puncaknya (termasuk waktu istirahat). Awalnya kondisi jalan menanjak namun masih landai, namun di setengah lintasan berikutnya setelah melewati hutan kondisi jalannya perlahan mulai agak terjal. Beberapa kali kami berhenti sejenak untuk minum, namun tidak disarankan berhenti kelamaan karena akan lebih berat lagi untuk melanjutkannya.

Setelah berjalan 1,5 jam lebih kami pun berhasil mencapai warung yang saya kurang tahu sebutannya, hanya saja letaknya tepat di bawah jalan terjal sebelum menuju ke puncak terakhir. Dari sinilah medan terberatnya baru akan dimulai.

Meskipun tinggal berjarak 300 meter menuju puncak, namun perjalanan untuk menempuh sisa ketinggian 80 meter ini sangat terjal dengan kemiringan sekitar 30 derajat, ditambah lagi dengan permukaan jalannya yang tanah berpasir.

tampilan tiga dimensi aplikasi Maps 3D PRO

Dari foto di atas, kami mulai mendaki dari desa Toya Bungkah yang disimbolkan titik bulatan putih, sampai ke titik hijau pertama jaraknya sekitar 2,3 km dengan lintasan yang masih landai dan penuh pepohonan.

Dari titik hijau pertama ke warung di bawah puncak yang disimbolkan titik hijau kedua jaraknya sekitar 1 km dengan lintasan yang mulai terjal dan tidak ada pepohonan, hanya ada semak rerumputan.

Dan tantangan terberatnya adalah dari titik hijau kedua sampai ke puncak Gunung Batur yang bersimbol titik hitam, lintasannya sangat terjal dan tanahnya berpasir, dengan jarak 300 meter.

history data perjalanan menuju puncak Gunung Batur

Menyambut sunrise di puncak

Setelah berjuang 20 menit untuk mendaki dan merosot, akhirnya perjuangan kami pun terbayarkan, tepat jam 6 pagi kami menyaksikan indahnya sunrise yang muncul dari balik Gunung Abang dan Gunung Agung yang berada di sebelah timur. Masih ada beberapa peserta yang belum sampai di puncak namun mereka tetap bisa menikmati sunrise dari warung di bawah tadi. Baru setelah jam 6.30 semua peserta telah berhasil mencapai puncak Gunung Batur.

Danareksa Outdoor Activity goes to Mount Batur

Untuk mengembalikan tenaga yang terkuras, kami disediakan sarapan berupa roti isi selai, telur rebus dan segelas teh atau kopi hangat di warung yang ada di puncak sini. Katanya kalau beli harganya mahal, saya kurang tahu harganya berapa karena sarapan kami ini sudah include dari biaya paketnya.

Turunan tetap menantang

Jam 7.30 kami mulai bergerak turun setelah puas mengabadikan momen kebersamaan di puncak Gunung Batur ini. Kalau saat pendakian tadi membuat pegal otot paha, lain pula tantangan saat kita turun, kali ini lutut dan pergelangan kaki yang paling banyak menahan tekanan beban tubuh.

Danau Batur, Gunung Abang & Gunung Agung terlihat di kejauhan

turunan curam dilihat dari atas

turunan curam dilihat dari bawah

Sebelum mencapai warung yang 300 meter di bawah puncak, kami merosot melewati tanah berpasir, mesti sigap menjaga keseimbangan kalau tidak mau terguling ke bawah. Terik mentari terasa sangat menyengat di tanah lapang yang hanya ditumbuhi semak rumput dan ilalang ini, baru setelah memasuki hutan dengan banyak pepohonan mulai terasa adem dan jalurnya melandai. Jam 9.30 kami pun telah tiba kembali di parkiran mobil dan langsung diantar pulang kembali ke hotel.

teriknya setengah lintasan di atas yang hanya ditumbuhi rerumputan

mejeng bareng motor trail pinjeman

Tips trekking Gunung Batur

1) Karena kita tidak menginap dan perjalanannya hanya pergi-pulang, sebisa mungkin membawa seminim mungkin barang yang hanya diperlukan, untuk mengurangi beban.

2) Tidur dan istirahat yang cukup, karena perjalanan dimulai dini hari.

3) Bawa senter sendiri, daripada senter tangan lebih baik pakai senter kepala, agar tangan kita lebih leluasa menjaga keseimbangan, dan jangan lupa untuk mengisi dengan baterai yang baru.

4) Pakai jaket itu penting namun kalau membuat badan berkeringat dan baju basah lebih baik dibuka saja.

5) Gunakan sepatu yang nyaman, lebih baik lagi kalau pakai sepatu khusus trekking.

6) Bawa minum secukupnya, tidak usah terlalu berlebihan untuk mengurangi beban, dua botol air kemasan ukuran 600 ml sudah mencukupi, sebotol buat naik dan sebotol lagi buat turun.

7) Barang lain yang penting untuk dibawa adalah jas hujan, baju ganti, sarung tangan, trekking pool, kamera, aplikasi GPS tracker di hape. Sebelum pendakian ini, saya sendiri baru meng-install aplikasi Maps 3D PRO di hape saya.

8) Buat penikmat fotografi, abadikan momen dramatis golden hour saat mentari baru terbit dan memancarkan cahaya kuning keemasan.

berfoto di depan tugu dekat warung yang sebelum tanjakan ke puncak

Persiapan terpenting

Meskipun mendaki Gunung Batur bisa dibilang mudah untuk pemula, namun kalau persiapan fisiknya tidak mencukupi, yang mahir sekalipun tetap bakal ngos-ngosan.

Untuk orang kantoran seperti saya yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan sedikit aktivitas fisik ada baiknya untuk memulai olah raga dua minggu atau minimal seminggu sebelumnya, supaya otot kaki dan jantung terbiasa untuk dipacu di medan yang ekstrem.

Olah raga aerobik seperti jogging, lompat tali, bersepeda, naik turun tangga, harus rutin anda lakukan beberapa hari menjelang pendakian. Saya memilih aktivitas bersepeda di rumah dengan alat roller bike, cukup 15 menit di malam hari setiap pulang kantor, dengan kecepatan rata-rata 28 km/jam bisa mencapai jarak tempuh 7 km, lumayan menguras keringat dan memacu pompa jantung.

Dengan niat dan kemauan, TERBUKTI… untuk pemula seperti saya mampu mendaki hingga ke puncak Gunung Batur dengan penuh semangat. Lebih tepatnya, pemula dengan persiapan expert.

Kalau saya bisa, anda pun pasti bisa!!!

sampai jumpa di puncak Gunung Batur

sampai jumpa di puncak Gunung Batur

One Response to “Mengejar sunrise ke puncak Gunung Batur”

  1. dieng May 13, 2017 at 9:27 pm #

    keren gan. bikin pengen kesana. bisa dicontek nih itinerarinya hehehe

    terima kasih salam kenal :D

Leave a comment